Kamis, 16 Januari 2014

Parenting Style

Suatu hari saya berjalan santai di mall dan duduk di taman. Tidak lama kemudian di sebelah saya duduk seorang anak yang berusia sekitar enam atau tujuh tahun, bersama ibunya.  Anak itu terlihat menangis karena tidak dibelikan mainan oleh Ibunya. Lalu Ibu muda berkata “Mami gak suka kalau kamu begini. Mainan kamu sudah banyak di rumah. Kalau masih nangis mami tinggalin kamu aja di sini.” Anaknya tetap menangis dan merengek minta dibelikan mainan tersebut. Beberapa menit kemudian, seorang pria menghampiri mereka. Ternyata ia adalah ayah dari anak tersebut. Pria yang berwibawa dan tenang itu mencoba mendekati anaknya dan berbicara dengan jarak yang sangat dekat sambil menatap erat matanya. “Apa yang membuat kamu ngambek seperti ini, nak?” Anak itu perlahan berhenti menangis, kemudian ayahnya mengusap air mata yang membasahi pipinya. Dengan suara tersendat anaknya menjawab ingin membeli mainan baru tapi tidak diizinkan oleh ibunya. Ayahnya hanya menganggukan kepala lalu memeluknya. “Coba kamu lihat ke sana, nak.” Tepat ditunjuknya badut yang lucu. “Kamu tau gak kalau di dalam badut itu sebenarnya manusia?” Anaknya hanya terdiam. “Mereka sama seperti kita, hanya saja mereka terpaksa bekerja sebagai badut. Mungkin jika ada pekerjaan lain, ia tidak akan menjadi badut. Ia bekerja untuk mencari uang, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mungkin juga untuk biaya makan anaknya. Nah, coba kamu bayangkan jika papi atau mami harus bekerja seperti itu hanya untuk mencukupi makan sehari-hari. Apa kamu masih mau membeli banyak mainan? Mainan kamu sudah cukup banyak di rumah” Cukup lama anaknya terdiam dan memandangi badut di seberangnya. Kemudian ia tersenyum kepada ayahnya. “Ayo pi, kita ke sana aja” Akhirnya ia berjalan mendekati badut itu dan bersalaman. Sepertinya ia melupakan untuk membeli mainan baru.

Peristiwa tersebut seringkali terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai orangtua, baik ayah atau ibu memiliki peran yang sangat penting dalam mengasuh anak, membentuk perilaku dan menjadi teladan bagi mereka. Ada beberapa tips yang dapat dilakukan, di antaranya observational learning, yaitu pembelajaran dengan mengamati perilaku orang lain. Pada peristiwa di atas, observational learning dilakukan dengan mengamati perilaku badut dan memberikan penjelasan  kepada anak mengapa ia tidak boleh membeli mainan terus menerus sementara ia sudah memiliki banyak mainan. Orang tua dapat pula menggunakan obyek lain seperti anak-anak jalanan sehingga anak melihat contoh nyata dan mensyukuri apa yang dimilikinya. 

Bandura (dikutip dalam Feist & Feist, 2008) mengatakan bahwa manusia mempelajari respons baik yang diikuti dengan reinforcement (penguatan) dan yang mendapat punishment (hukuman). Ketika ibu mengatakan bahwa ia akan meninggalkan anaknya jika tidak berhenti menangis maka dapat dikatakan sebagai punishment. Hal ini bertujuan agar anaknya berhenti menangis dan tidak mengulangi perbuatannya lagi dengan merengek minta dibelikan mainan. Selain punishment, orang tua juga dapat memberikan reinforcement kepada anaknya seperti pujian ketika ia berhenti menangis.

Proses pembelajaran yang lain adalah modeling. Proses ini dilakukan dengan meniru perilaku orang lain. Meniru perilaku melibatkan proses-proses kognitif yang akan diingat pada waktu yang akan datang. Anak-anak mengamati model, mengulangi apa yang didengar dan dilihat. Ketika ayah memberikan contoh nyata yaitu perilaku badut dan berhasil membuat anaknya mengerti untuk tidak membeli banyak mainan, sebaiknya dilanjutkan dengan mencontohkan perilaku yang patut ditiru oleh anaknya. Jangan sampai orang tua melarang anak untuk tidak membeli barang-barang yang kurang berguna, sementara mereka pun melakukannya, bersikap hedonisme misalnya dengan membeli peralatan rumah tangga yang kurang bermanfaat.

Selain itu, ada beberapa teori mengenai pola pengasuhan. Diana Baumrind (dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2009) mengemukakan tiga tipe pengasuhan yaitu (a) otoritarian; orang tua yang berusaha membuat anak mematuhi semua standar perilaku dan menghukum mereka jika melanggarnya, (b) permisif; orang tua yang hanya sedikit mengontrol dan membiarkan anak memonitor aktifitas mereka sendiri serta jarang menghukum, dan (c) otoritatif; orang tua yang menghargai individualitas anak tetapi menekankan batasan-batasan sosial, mereka menyayangi namun tegas dalam menetapkan standar dan berkenan menerapkan hukuman jika diperlukan.

Setiap pilihan dalam pola asuh menghasilkan konsekuensi tertentu. Sebagai orang tua, tentunya Anda menginginkan yang terbaik bagi masa depan anak-anak. Oleh karena itu, berusaha menjadi orang tua yang bijak memang tidak mudah tetapi dapat diupayakan. Anak-anak akan meniru perilaku orang tuanya. Anda dapat membentuk seperti apa karakter anak di masa depan. Berikut ini kutipan dari Dorothy Law mengenai pola pengasuhan terhadap anak.

"Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar berlaku adil.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya.
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan."
ika anda ingin anak anda tetap menjajagi kaki mereka di tanah, berikan tanggu jawab di pundak mereka. - Aigail Van Buren
- See more at: http://jusmanonline.blogspot.com/2012/04/kata-kata-mutiara-bijak-tentang-anak.html#sthash.k82FjvO1.dpuf
ika anda ingin anak anda tetap menjajagi kaki mereka di tanah, berikan tanggu jawab di pundak mereka. - Aigail Van Buren
- See more at: http://jusmanonline.blogspot.com/2012/04/kata-kata-mutiara-bijak-tentang-anak.html#sthash.k82FjvO1.dpuf

Jika Anda ingin anak Anda tetap menjajagi kaki mereka di tanah, berikan tanggung jawab di pundak mereka - Aigail van Buren 

Semoga artikel ini bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar